Pages

Minggu, 01 Desember 2013

Penggalan Maksud; Menanti Kebaikan

Manusia hidup tidak lepas dari peran pengatur ekosistem di Bumi. Air, adalah benda yang sedianya tercipta untuk memberikan umat manusia gambaran akan keseimbangan, totalitas, dan kebijaksanaan. Biar tidak dilengkapi indra untuk berbicara, namun bisa menghadirkan ketenangan yang dihasilkan melalui gemulai alirannya. Banyak manusia yang memanfaatkannya untuk menjernihkan 'chipset' yang ada di tubuh, atau juga memanfaatkan untuk mengisi pundi-pundi skala ukur status. 
Kejernihannya, membuat penglihatan sebagian manusia terbuai. Kemudian membuat pikiran menjadi 'jernih' layaknya apa yang manusia itu amati. Ikhlas dengan apa yang dimilikinya, Sang-Jernih itu pun rela untuk menjadi apa saja. Entah tercampur oleh sesuatu yang suci (sama seperti asalnya), ataukah dipadukan oleh sesuatu yang sangat bertolak belakang dengan apa yang dipunyai. 
Proses alam menuntutnya pada ketidakmunculan bentuknya kepada makhluk lain. Ia menjadikan dirinya sebagai sebuah kesucian dengan proses yang ilahiah. Mengendap dengan gerilya melewati semua yang dipermukaan, dan tiba-tiba muncul dari ketinggian yang dengan sengaja mengisyaratkan bahwa ia hanya bisa bergerak dari atas ke bawah, bukan yang lain. 
Melalui proses yang tidak mudah, juga (sebenarnya) tidak 'seru' untuk dilalui. Namun itulah yang dinamakan Proses. Tuhan Mahaadil. Ia memberikan spesialisasi bagi seluruh Hamba-Nya. Dengan diberikan-Nya rasa sakit, secara langsung bisa mengalihkan tiap insan akan hasil apa yang akan Ia peroleh di depannya. Dan kemudian dimunculkannya rasa peka akan kebahagiaan dan disaat yang bersamaan rasa sakit yang ada sebelumnya tetap tumbuh, walau dengan porsi jauh lebih sedikit.
Seperti itulah singkatnya hidup. Tulisan ini bukan semata hanya ingin mengingatkan kita, tentang arti sebuah penantian. Karena tidak ada yang sia-sia dari sebuah penantian. Setiap kunyahan detik yang dilalui, akan membawa sebuah desakan akan hadirnya asupan baru bagi pemikiran makhluk berfikir. Selain itu, tulisan ini ingin sekadar mengingatkan kita juga tentang siapa kita dan untuk apa kita hadir. Hadir dalam artian sempit, hanya untuk yang sadar. Agar nantinya penantian panjang yang diharap-harapkan bisa memuaskan para perindu kebaikan. Walau diri ini masih belum pantas mendapatkannya. :)
#Djanatul13024

KAMUS Bahasa Indonesia


Rumah Murah